Sekolah Gagal Mengajarkan Uang? Inilah Alasan Keuangan Harus Masuk Kurikulum Sejak Dini

Di tengah kompleksitas kehidupan modern, keterampilan mengelola uang telah menjadi kebutuhan pokok. Namun, banyak orang dewasa yang merasa kesulitan dalam mengatur keuangan, terjebak dalam utang, atau tidak memiliki tabungan darurat. slot via qris Salah satu penyebab mendasarnya sering kali bermuara pada satu hal: kurangnya pendidikan keuangan sejak usia dini. Sekolah sebagai institusi pendidikan formal ternyata masih sangat minim membekali siswa dengan literasi keuangan yang memadai.

Kenapa Literasi Keuangan Masih Diabaikan di Sekolah?

Banyak kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang lebih menekankan pada mata pelajaran tradisional seperti matematika, bahasa, sains, dan sejarah. Meskipun semua itu penting, tidak ada integrasi nyata mengenai topik keuangan pribadi dalam pelajaran sehari-hari. Bahkan ketika siswa diajarkan tentang pecahan atau persentase, jarang sekali konsep tersebut dihubungkan dengan pengelolaan uang nyata seperti bunga pinjaman, inflasi, atau anggaran rumah tangga.

Beberapa alasan umum mengapa topik ini diabaikan di sekolah antara lain: kekurangan guru yang kompeten di bidang keuangan pribadi, anggapan bahwa anak-anak belum siap memahami uang, dan prioritas pendidikan yang masih berkutat pada standar ujian nasional. Akibatnya, siswa lulus sekolah tanpa pemahaman dasar tentang cara membuat anggaran, menabung, menggunakan kartu kredit, atau membedakan antara keinginan dan kebutuhan.

Dampak Ketidaktahuan Finansial Sejak Dini

Ketiadaan pendidikan finansial sejak kecil berdampak nyata dalam kehidupan dewasa. Banyak orang yang terjebak dalam gaya hidup konsumtif, tergiur kredit tanpa memahami risiko bunga tinggi, atau tidak mampu membangun kebiasaan menabung. Hal ini menyebabkan ketimpangan ekonomi semakin besar karena kelompok masyarakat yang melek finansial mampu mengelola aset dan utang secara lebih bijak, sementara yang tidak paham keuangan semakin terpinggirkan.

Tidak hanya individu, dampak buruk juga dirasakan secara sistemik. Tingginya angka kredit macet, rendahnya penetrasi investasi, dan dominasi sektor informal menunjukkan bahwa pemahaman finansial masyarakat secara umum masih rendah. Ini menciptakan ketidakstabilan ekonomi mikro yang bisa menjalar ke skala nasional.

Negara yang Sudah Menerapkan Pendidikan Keuangan di Sekolah

Beberapa negara telah menyadari pentingnya literasi keuangan sejak dini dan mulai mengintegrasikannya dalam kurikulum nasional. Di Australia, misalnya, pendidikan keuangan dimulai sejak usia SD, mengajarkan konsep sederhana seperti menabung dan memahami harga barang. Sementara di Inggris, sejak 2014, pendidikan keuangan menjadi bagian wajib dari kurikulum sekolah menengah.

Langkah-langkah ini terbukti efektif. Studi menunjukkan bahwa siswa yang mendapat pendidikan keuangan memiliki kemungkinan lebih besar untuk menabung, menghindari utang konsumtif, dan memiliki tujuan keuangan jangka panjang dibandingkan mereka yang tidak. Pendidikan keuangan membantu membentuk pola pikir dan kebiasaan sehat tentang uang, jauh sebelum mereka terjun ke dunia kerja.

Apa Saja yang Perlu Diajarkan?

Materi yang sebaiknya diajarkan tidak perlu rumit. Untuk usia dini, cukup mengenalkan konsep dasar seperti menabung, memahami harga barang, dan pentingnya berbagi. Saat siswa beranjak dewasa, materi bisa berkembang ke pengelolaan anggaran, kartu kredit, perbedaan utang produktif dan konsumtif, investasi dasar, dan bahkan pajak.

Pembelajaran bisa dilakukan secara interaktif melalui simulasi, permainan keuangan, atau proyek mini seperti membuat toko kecil-kecilan. Pendekatan ini tidak hanya membuat siswa lebih terlibat, tetapi juga menghubungkan antara teori dan praktik kehidupan nyata.

Kesimpulan

Kesenjangan antara apa yang diajarkan di sekolah dan realitas hidup dewasa tampak nyata dalam hal literasi keuangan. Banyak sekolah masih gagal mempersiapkan siswa menghadapi dunia yang menuntut keterampilan finansial yang kuat. Padahal, memahami uang bukan semata soal kekayaan, melainkan tentang membuat keputusan hidup yang sehat dan berkelanjutan. Meningkatkan literasi keuangan sejak dini bukan hanya urusan individu, tetapi investasi sosial yang berdampak panjang bagi stabilitas ekonomi dan kesejahteraan bersama.