Program Pendidikan STEM di Era Trump: Fokus atau Retorika?

Di era pemerintahan Trump, topik pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics) sempat jadi sorotan. Banyak yang mikir, “Wah, ini mah bakalan jadi gebrakan besar!” Tapi slot gacor beneran fokus ke pengembangan pendidikan atau cuma buat pencitraan doang? Nah, mari kita bahas dari kacamata anak tongkrongan biar gak terlalu kaku tapi tetep nancep ke poinnya.

Janji Manis atau Gerakan Nyata?

Waktu itu pemerintah banyak ngumbar janji soal dorongan besar ke pendidikan STEM. Katanya sih buat ngejar ketertinggalan sama negara lain dalam hal teknologi dan sains. Tapi yang jadi pertanyaan: realisasi di lapangan beneran jalan atau cuma sebatas retorika politik? Soalnya kalau cuma omong doang tapi gak ada support ke sekolah dan guru, ya percuma bro.

Baca juga: Fakta Mengejutkan Soal Anggaran Pendidikan yang Jarang Dibahas

Di satu sisi, memang ada program yang digelontorkan buat pelatihan guru dan pembukaan akses ke pendidikan STEM di wilayah-wilayah yang selama ini agak susah dijangkau. Tapi banyak juga yang ngeluh kalau programnya masih terlalu sentral ke kota-kota gede, sedangkan daerah pinggiran cuma kebagian wacana doang.

  1. Pemerintah nyebarin wacana STEM lewat pidato dan dokumen resmi

  2. Ada peningkatan anggaran, tapi gak merata ke semua sekolah

  3. Beberapa pelatihan guru diluncurkan, tapi pesertanya terbatas

  4. Fokus lebih ke kolaborasi swasta, bukan penguatan kurikulum dasar

  5. Masih minim dukungan buat siswa dari komunitas minoritas dan daerah terpencil

  6. Banyak sekolah kesulitan akses teknologi meskipun digadang-gadang jadi kunci STEM

  7. Evaluasi program kurang transparan, bikin susah lihat dampak realnya

Kalau dilihat dari realita, program STEM di masa Trump memang punya gaung gede, tapi pelaksanaannya belum nyentuh semua lapisan masyarakat. Banyak janji yang udah dikasih, tapi belum semua dirasa manfaatnya sama rata. Jadi kalau lo nanya ini fokus atau retorika, bisa dibilang masih di tengah-tengah—ada usaha, tapi belum cukup buat disebut revolusi pendidikan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *